Add to Technorati Favorites   Personal Blogs   Top Blogs   Blog directory   Blogs Topsites - TOP.ORG   Personal blogs & blog posts   kehidupan, hidup   Personal Blogs - BlogCatalog Blog Directory

20 Januari, 2009

Kembali ke Fitrah Kehidupan

Lagi bengong-bengong sendirian, saya tiba-tiba teringat sama satu dongeng analogi tentang kehidupan yang pernah saya baca di beberapa buku.

Alkisah, suatu masa Tuhan menciptakan manusia, dan jreeengg . . . jadilah manusia.

Lalu Tuhan ngomong sama ciptaanNya,”Aku kasih kamu umur 30 tahun, hidup yang senang ya di dunia!”
Manusia bahagia, dan memulai kehidupannya.

Baru seminggu hidup, manusia datangin Tuhan dan ngeluh, “Han, saya capek nih mesti cari makan ngebajak sawah, kasih sesuatu donk buat bantuin saya”.

Tuhan menciptakan kerbau, dan dikasih umur 30 tahun. Kerbau nanya, “Han, apa kerjaan saya di dunia?”.
“Kamu mesti kerja bantuin manusia ngebajak sawah!” jawab Tuhan.
Si kerbau mikir “ . . . waduh, nggak tahan saya 30 tahun mesti kerja terus, ogah ah . . . “, terus nawar “Han, saya hidup 10 tahun aja deh”

Permohonan dikabulkan, umur kerbau jadi 10 tahun. Tapi abis itu Tuhan punya sedikit problem, kelebihan stok umur 20 tahun yang udah terlanjur dikasih, mesti dialokasikan. Tuhan nanya manusia, “Cing, mau nggak umur kamu ditambah 20 tahun?”
Nggak pikir panjang, si Encing langsung bilang, “Ok!”. Enak kok kehidupan di dunia.
Hiduplah manusia dibantuin si kerbau.

Seminggu kemudian, manusia ngeluh lagi karena bosen jaga rumah, “Han, bosen nih jaga rumah terus, bisa bantu nggak?”
Diciptakanlah anjing, dikasih umur 30 tahun. Anjing yang pinter tahu kerjaannya Cuma jagain rumah, nawar juga supaya umurnya 10 tahun aja. Dikabulkan !
Another 20 tahun stok disamber sama manusia.

Baru seminggu diam, manusia ngeluh lagi, pingin punya teman main. Monyet tercipta, dikasih umur 30 tahun nawar jadi 10 tahun, sisanya diambil manusia yang maruk.

Demikian, masa berlalu, manusia punya umur 90 tahun:

30 tahun pertama, dia betul-betul menjadi manusia, masa kanak-kanak yang lugu, masa sekolah yang menyenangkan nggak banyak pikiran, dan tahun-tahun pertama kerja yang menantang.

20 tahun berikutnya, mesti kerja keras kayak kerbau, karena udah banyak tanggungan (istri, anak, kartu kredit, hutang, etc). Karyawan & eksekutif kerja keras kadang saling sikut buat dapat promosi jabatan dan gaji yang lebih besar. Profesional macam dokter-konsultan-artis-pengacara banting tulang cari nama naikin peringkat kadang dengan usaha yang sangat “keras”. Pengusaha sibuk berkutat cari profit, itupun berkali-kali sengsara kehantem krisis (mate deh gw!)

20 tahun selanjutnya, udah terlalu capek kerja keras, jadi kayak anjing jagain rumah anaknya atau jagain cucu.

Dan 20 tahun terakhir, “Ngaca dunk, muka dah kayak monyet tuh!”

Sedikit permenungan, benarkah itu fitrah kehidupan manusia? 30 tahun sebagai manusia yang bebas, lalu tahun-tahun berikutnya disetir sang waktu dan dipaksa jadi kayak kerbau, anjing, dan monyet?

Nope, balik lagi ke awal dongeng, Tuhan berkata “ . . . hidup yang senang ya di dunia!”
Fitrah manusia selama kehidupan, adalah hidup senang dan bahagia. Pertanyaannya buat orang yang pragmatis, bisakah . . .?

Kalo kamu nanya ke saya, jawaban saya sederhana aja, “Saya pingin tiba-tiba dapat duit 20 milyar – terserah nggak tahu dari mana, akan saya simpan di bank, tiap bulan dapat bunga atau bagi hasil syariah (200 juta sebulan, Cing. Udah dihitung ! ), dan main + jalan-jalan kayak anak sekolah touring,nggak ada pikiran, ha ha ha . . .

Emang dunia mimpi, apa? he he he . . . ; jelas keinginan saya tidak fisibel ditinjau dari analisis apapun juga.

Tapi, kalau umur kita bisa sampai 90 tahun, atau banter-banter 70 tahun deh, selayaknya kita bertanya untuk kembali ke fitrah awal, bahwa yang kita cari adalah kebahagiaan, sementara sekarang kita mungkin sudah terlanjur menjadi sang kerbau.
Terus gimana donk?

Sekedar sharing, ada beberapa langkah dan permenungan yang mungkin bisa dilakukan;

Pertama, adalah mencoba mensyukuri apa yang telah kita dapat dan lakukan sampai saat ini. Itu adalah langkah awal yang paling simpel. Dengan mencoba bersyukur (walaupun pura-pura, gpp), minimal kita dapat sedikit mendekat ke fitrah karena manusia yang bersyukur biasanya nggak terlalu ambisius. Sehinggaaaa …… , kejadian dan usaha nggak wajar buat sikut kiri sikut kanan, dan pengorbanan berlebihan bisa ditendang dari kehidupan sehari-hari.

Langkah kedua, bertanya lagi dalam hati kecil kita, benarkah apa yang sekarang menjadi profesi kita, adalah sesuai dengan minat/intensi kita? Kalau jawabannya “Yes”, beruntung deh kamuuu. Kalau kita bekerja di bidang yang memang kita sukai, maka kita bekerja dengan hati, dan pekerjaan merupakan beban yang minimal bagi kehidupan kita, jadi kayak main aja … gittuu … . Trus, kalau jawabannya “NO” gimana? Beranikah kita keluar dari zona nyaman dan memikirkan lagi hal-hal apa yang sebenarnya kita sukai dalam hidup, lalu kembali merancang dari titik yang lebih "tidak nyaman"?

Langkah ketiga, kebahagiaan datang salah satunya dengan cara memberi, karena energi positif kebahagiaan yang kita keluarkan pada saat kita memberi akan bergema dan kembali dengan impuls yang lebih besar kepada diri kita. Memberi bukan hanya terbatas pada uang atau harta. Perhatian, kasih sayang, sapaan hangat, sumbangsih pemecahan masalah, dan lain-lain, termasuk dalam kategori memberi. Nggak usah muluk-muluk jadi dermawan ke semua orang, hal-hal yang kita beri kepada keluarga (istri, suami, anak, kakak, adik, ortu) atau kepada rekan terdekat (pacar, teman dekat), rasanya sudah lebih dari cukup kalau bisa dilakukan dengan sepenuh hati.

Dengan ketiga hal itu, mudah-mudahan kita bisa mendekat ke fitrah awal kehidupan sebagai manusia seutuhnya, walaupun dalam kehidupan ini nggak ada yang sempurna, betullll . . . ?

Catatan :
Artikel ini tidak bertujuan untuk kotbah tetapi lebih sebagai sebuah sharing dan berbagi kasih, karena saya sendiri belum tentu bisa melakukan ketiga langkah tersebut dengan baik. Seperti kata seorang kawan, life is not a bed of roses, dan banyak faktor-faktor yang di luar kontrol kita dalam kehidupan ini.

Percaya sama takdir dan nasib nggak?









0 comments:

Posting Komentar

  © Blogger template AutumnFall by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP