Add to Technorati Favorites   Personal Blogs   Top Blogs   Blog directory   Blogs Topsites - TOP.ORG   Personal blogs & blog posts   kehidupan, hidup   Personal Blogs - BlogCatalog Blog Directory

25 Februari, 2009

Rame-rame Outsourcing . . .

Dalam satu dasawarsa terakhir ini, perusahaan-perusahaan outsourcing (jasa penyedia tenaga kerja) tumbuh berjamuran di bumi pertiwi ini. Selama satu dasawarsa ini pula, jumlah perusahaan yang mempergunakan jasa outsourcing ini semakin bertambah baik dari kuantitas maupun kualitasnya. Sebenarnya, apakah bisnis outsourcing tersebut dan apa manfaat maupun dampaknya baik bagi pihak perusahaan maupun kehidupan para karyawan yang kebetulan direkrut sebagai tenaga outsourcing?

Sebelum membahas lebih jauh mengenai bisnis outsourcing, mungkin ada baiknya mengetahui cikal bakal terbentuknya perusahaan outsourcing. Di dalam suatu perusahaan, tenaga kerja biasanya terbagi menjadi dua:

Yang pertama adalah tenaga kerja yang keahliannya diperlukan secara rutin bagi operasional perusahaan sehari-hari dan masuk ke dalam jajaran struktural perusahaan, sehingga eksistensi tenaga kerja tersebut sangat dibutuhkan secara terus-menerus oleh perusahaan. Untuk jenis tenaga kerja ini, biasanya perusahaan akan menjadikan mereka karyawan permanen.

Yang kedua adalah tenaga kerja yang keahliannya dibutuhkan untuk sebuah proyek tertentu (misalnya proyek investasi selama 1 atau 2 tahun), dan eksistensi tenaga tersebut dibutuhkan selama proyek masih berjalan, atau tenaga kerja yang keahliannya tidak dibutuhkan dalam struktur perusahaan (tidak struktural) namun hanya bersifat fungsional. Untuk kebutuhan tenaga kerja jenis ini, akan lebih efisien bagi perusahaan untuk mengontraknya dari perusahaan penyedia jasa tenaga kerja (outsourcing) karena sifat proyek yang temporer dan spesialisasi khusus yang mungkin dibutuhkan untuk proyek tersebut, ataupun pekerjaan fungsional yang mungkin tidak selamanya dibutuhkan.

Dengan cikal bakal tersebut, perusahaan outsourcing menjadi eksis dari waktu ke waktu.

Apa manfaatnya bagi tenaga kerja dan perusahaan pengguna jika sistem outsourcing dijalankan secara benar ?

Sebetulnya, apabila modus perusahaan outsourcing masih mengacu kepada cikal bakalnya, perusahaan-perusahaan tersebut memberikan manfaat yang cukup besar bagi para tenaga kerja yang kebetulan memiliki keahlian dalam bidang-bidang tertentu, dimana bentuk keahliannya tersebut lebih banyak dibutuhkan oleh pekerjaan-pekerjaan yang bersifat proyek. Dengan menginduk kepada perusahaan outsourcing yang bonafit, ketersediaan pekerjaan (dan tentunya pendapatan) akan terjamin atas networking dari perusahaannya, yang berubah hanya tipe proyek yang dilakukan dan tempat tenaga kerja tersebut bekerja. Manfaat lainnya adalah perlindungan hukum yang memadai bila perusahaan yang mengontrak mereka mengabaikan hak-hak mereka atas pekerjaan yang telah dilakukan. Sebagai contoh nyata, pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri banyak mempergunakan sistem ini.

Bagi perusahaan pengguna, jasa outsourcing dari sebuah perusahaan yang bonafit akan menjamin ketersediaan tenaga kerja ahli yang dibutuhkan untuk sebuah proyek tertentu, dimana karyawan tetap perusahaan pengguna tidak ada yang memiliki keterampilan memadai dalam pekerjaan tersebut. Selain itu, sistem outsourcing juga lebih efisien bagi perusahaan pengguna karena secara hukum dan finansial mereka hanya berurusan dengan satu pihak, yaitu perusahaan outsourcing, dibandingkan apabila mereka harus mengontrak sendiri seluruh tenaga kerja satu per satu, jika tidak mempergunakan jasa outsourcing.

Lalu, mengapa bisnis outsourcing ini meledak sejak 10 tahun terakhir ?

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 yang lalu telah memberikan satu pelajaran bagi para pengusaha. Pada saat itu, banyak perusahaan bergelimpangan dan terpaksa melakukan PHK terhadap sebagian atau seluruh karyawannya. Ternyata, mem PHK karyawan membutuhkan dana yang besar, sementara likuiditas perusahaan sedang ketat-ketatnya. Begitu besar dana harus dikeluarkan oleh pihak perusahaan untuk melakukan PHK pada saat itu, dan hal tersebut harus ditelan mentah-mentah oleh pihak perusahaan.

Berkaca pada pengalaman pahit tersebut, dalam perkembangan selanjutnya pihak perusahaan menjadi lebih berhati-hati dalam perekrutan sumber daya manusia, dan lebih menyukai untuk mendaya-gunakan tenaga kerja melalui sistem kontrak, karena tidak ada biaya tambahan yang perlu dikeluarkan oleh perusahaan jika sewaktu-waktu mereka terpaksa melakukan PHK.
Ibarat peribahasa, ada gula ada semut, gayung bersambut, bisnis outsourcing menjadi ladang yang menjanjikan, dan akibatnya perusahaan-perusahaan outsourcing mulai menjamur di Indonesia.

So, dari kacamata pribadi saya, modus atau tujuan mayoritas penggunaan perusahaan outsourcing pada saat ini sudah bergeser dari cikal bakalnya semula, dan tentunya pihak yang lebih diuntungkan dengan diterapkannya sistem ini adalah pihak perusahaan pengguna (yang terbebas dari resiko keuangan bila terjadi PHK) dan pihak perusahaan outsourcing (dari fee yang didapat). Adapun pihak tenaga kerja merupakan pihak yang dirugikan karena sebagian haknya telah ditiadakan.

Kalau ada salah satu pihak yang dirugikan, mengapa sistem outsourcing masih bisa berjalan ?

Semuanya kembali lagi kepada hukum permintaan-penawaran. Di Indonesia, tidak dapat disangkal bahwa jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia masih jauh lebih sedikit dari jumlah angkatan kerja, belum lagi mempertimbangkan mutu angkatan kerja tersebut. Akibatnya, di pasar tenaga kerja, terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, sehingga bargaining position para pencari kerja menjadi lemah terhadap perusahaan pencari tenaga kerja, termasuk dalam syarat dan kondisi penerimaan pegawai. Dalam situasi seperti ini, sistem outsourcing dapat “dipaksakan” oleh pihak perusahaan dan pihak karyawan “terpaksa” menerimanya (daripada nggak dapat kerjaan).

Ya … , begitulah nasib tenaga kerja kontrakan, yang sebagian besar diantaranya adalah buruh pabrik. Belum lagi, kalau mereka dikaryakan oleh perusahaan outsourcing yang tidak bonafit, yang mengambil bagian lebih besar atas jasa mereka (pada umumnya perusahaan outsourcing memperoleh fee sekitar 10% dari gaji tenaga kerja), atau bahkan tidak membayarkan jumlah penghasilan karyawan tersebut sama sekali.

Saya menyikapi fenomena ini sebagai berikut:
  1. Menurut saya, kita tidak perlu menyalahkan adanya sistem outsourcing yang seperti ini, karena begitulah dunia bisnis. Hal ini ada karena keaadaan yang memang memungkinkan. Menyerang keberadaan sistem ini bukanlah solusi yang efektif, namun hanya akan menimbulkan perseteruan dan debat kusir yang tidak berkesudahan. Solusi harus berawal dari akarnya.
  2. Akar permasalahannya adalah sulitnya mencari pekerjaan (tingkat pengangguran yang tinggi). Peran pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan infrastruktur lapangan kerja dan iklim investasi yang kondusif masih perlu ditingkatkan. Dengan terciptanya iklim investasi yang kondusif bagi jenis investasi langsung, investasi baru akan bertambah dengan pesat dan lapangan kerja yang tersedia akan menjadi lebih besar. Persoalan yang terjadi bersifat cukup kompleks dan terkait dengan banyak masalah hukum, sosial, peraturan, kebijakan, dll.
  3. Bagi diri kita sendiri, karena permasalahan pada poin 2 diatas bersifat kompleks dan di luar kontrol pribadi, yang bisa dilakukan dan berada dalam kontrol pribadi tentunya adalah terus meningkatkan kualitas pribadi kita, keahlian, wawasan, dan lain-lain, sehingga kita menjadi salah seorang pemenang dalam persaingan di dunia kerja. Dengan kualitas pribadi yang baik dan peruntungan yang cukup, kita akan memiliki kekuatan negosiasi dengan perusahaan yang akan mempekerjakan kita.
Outsourcing, oh Outsourcing . . .


Baca Selanjutnya...

20 Februari, 2009

Pensiun Sebagai Milyarder . . . !

Kata siapa karyawan biasa nggak bisa jadi milyarder ?

Saya yakin, sobat-sobat yang kebetulan mempunyai mata pencaharian sebagai karyawan perusahaan, kadang-kadang punya pemikiran betapa enaknya hidup sebagai pengusaha atau konglomerat yang punya duit milyaran rupiah. Kehidupan sebagai milyarder menjadi sebuah hal yang jauh dari jangkauan. Jangankan benar-benar berusaha jadi milyarder, membayangkannya saja sudah sulit, seakan-akan semuanya hanya mimpi belaka. Melalui tulisan ini, saya hendak mengatakan bahwa menjadi milyarder bukan lah impian belaka bagi para karyawan biasa.

Ya . . , karyawan biasa pun bisa menjadi milyarder tanpa perlu melakukan hal-hal tidak terpuji seperti korupsi dan lain-lain!

Saya tidak sedang menjual mimpi lho, tapi sekedar bermaksud membuka wawasan terhadap hal kecil dalam keseharian kita yang para sobat pasti sudah tahu, tapi mungkin terlupakan !

Yang akan saya bicarakan adalah mengenai nilai waktu uang yang ajaib. Sebuah contoh kecil, bila kita menabung Rp 100.000,- setiap bulan di “celengan ayam” kita terus-menerus selama 20 tahun tanpa pernah diambil, maka jumlah uang kita 20 tahun yang akan datang akan menjadi Rp 24.000.000,- (Rp 100.000,- x 12 bulan x 20). Tapi bila uang itu disimpan misalnya di bank dengan pola penyimpanan yang sama, dengan tingkat bunga bank setelah pajak rata-rata adalah 12% setahun, maka 20 tahun lagi kita akan melihat saldo simpanan kita sebesar Rp 98.925.537,- atau empat kali lipat dari saldo “celengan ayam” kita.

Ok, mari kita bicarakan hubungannya dengan menjadi milyarder. Kita ambil contoh saat ini sobat berumur 25 tahun, baru memulai karir sebagai karyawan dengan gaji lumayan sebesar Rp 2.500.000,- sebulan. Kemudian mulai sekarang sobat menyisihkan Rp 500.000,- setiap bulan di bank atau instrumen investasi lainnya, dan dengan skill berinvestasi yang standar, tingkat pengembalian bersih 12% per tahun (atau 1% per bulan) tidak terlalu besar untuk dijadikan patokan. Sementara, sisanya Rp 2.000.000,- dipakai untuk pengeluaran rutin bulanan. Tiap tahun setelah itu, perusahaan tentunya memberikan kenaikan gaji (anggap kenaikan gaji per tahun 12,5% dari gaji tahun sebelumnya). Pada awal tahun kedua, gaji sobat akan menjadi Rp 2.812.500,-. Begitu gaji sobat naik, sobat menaikkan jumlah uang yang disisihkan sebesar 12.5% atau menjadi Rp 562.500,- sebulan, sementara anggaran pengeluaran rutin juga bisa ditambah menjadi Rp 2.250.000,-. Pada tahun ketiga gaji naik lagi 12,5%, dan uang yang disisihkan juga diperbanyak menjadi sebesar Rp 632.813,- (naik 12,5%). Tentunya kenaikan jumlah penyisihan ini tidak akan terlalu membebani sobat karena jumlah uang yang dapat dibelanjakan juga naik jauh lebih besar menjadi Rp 2.531.250,-. Demikian hal tersebut dijadikan kebiasaan dan terus dilakukan secara disiplin. Pertanyaannya, bila hal itu dilakukan secara rutin dalam kehidupan dan saldonya nggak pernah diganggu gugat, berapakah jumlah uang sobat pada saat sobat pensiun di usia 60 tahun nanti ? apakah 400 juta? Atau 500 juta?

Jawaban yang benar, adalah : Rp 12.515.677.087,- (dua belas milyar setengah) !

Dengan ilustrasi ini, saya mencoba membuktikan bahwa dengan bermodalkan kedisiplinan, tanpa membebani kebebasan pengeluaran (karena jumlah uang yang tersedia untuk spending juga meningkat cukup signifikan dari tahun ke tahun), sobat bisa pensiun sebagai seorang milyarder.

Nah, diantara para sobat mungkin ada yang berkata, “Ah, itu sih gombal. Memang nanti kita punya uang milyaran, tapi kebutuhan hidup bulanan 35 tahun lagi juga kan sudah berlipat-lipat !”.

Yup, memang betul. Saya sudah menghitungnya, dengan tingkat inflasi rata-rata 10% per tahun (cukup make sense untuk Indonesia), 35 tahun lagi pengeluaran rutin sobat akan menjadi Rp 51.095.340,- per bulan.

Dengan jumlah simpanan sebesar sekitar Rp 12.5 milyar dan pengeluaran rutin Rp 51 juta sebulan pada usia 60 tahun, dan sobat betul-betul pensiun (nggak cari duit sepeser pun juga), cuma menggandakan uang simpanan dengan pola yang sama, maka :
  1. Uang simpanan itu cukup untuk membiayai pensiun sobat bahkan sampai umur 80 tahun, dan
  2. Bila sobat beruntung hidup sampai umur 80 tahun, pada usia 80 tahun sobat memiliki sesuatu buat diwariskan ke anak cucu, yaitu uang sebesar Rp 35,7 milyar !
Waduh, kok malah jadi tambah gede yach ? Bingung ah !

Ha ha ha, buat sobat-sobat yang bingung, nggak usah ngitung, saya sudah membuatkan sebuah program kecil yang bisa di download gratis DISINI.

Dengan program itu, sobat bisa main-main memasukkan variasi-variasi usia sekarang, usia pensiun yang diharapkan, jumlah simpanan, dan lain-lain; yang bisa dipergunakan bagi diri sobat, kakak adik, famili, teman, atau siapa saja.

Sebagai informasi tambahan agar kolom inputan diisi lebih tepat sehingga hasil simulasi juga lebih tepat:
  1. Jumlah pengeluaran rutin per bulan adalah pengeluaran untuk sandang pangan, hiburan, dll, namun TIDAK termasuk cicilan-cicilan mobil, rumah, atau kredit lainnya.
  2. Menurut saya, estimasi inflasi cocoknya diisi angka 10%.
Makanya, tunggu apa lagi, yuk cepat-cepat menyisihkan uang kita sejak muda, karena semakin tua umur kita, jumlah yang harus disisihkan akan jauh lebih besar. Sebagai patokan, bagi sobat yang berumur 25 tahun, perbandingan jumlah yang disisihkan dengan jumlah pengeluaran rutin sebaiknya 1 : 4.

Semoga tulisan kecil ini bisa berguna bagi sobat sekalian, minimal menginspirasi kehidupan kita untuk menabung secara teratur.
Seperti kata pepatah : sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.


Baca Selanjutnya...

16 Februari, 2009

Siapa yang Hobi Nyanyi . . . ?



Saya yakin banyak di antara sobat yang hobi nyanyi. Baik orang muda, setengah umur, atau orang tua pada umumnya senang menyanyi, atau paling nggak senang dengerin musik dan orang lain nyanyi. Menyanyi juga termasuk salah satu hobi saya. Biasanya, dua minggu atau sebulan sekali saya kumpul sama teman-teman buat karaoke bareng di NAV, Inul Karaoke, atau tempat karaoke lainnya. Yahh . . . , bagi pelantun lagu amatiran kayak kita-kita ini, nyanyi di karaoke memang paling tepat. Selain tempatnya aman (nggak ada yang dengar kecuali teman-teman kita), juga bisa buang stres nyanyi sepuas-puasnya dan sekencang-kencangnya, nggak ada yang denger ini . . . . , malah kadang-kadang syair lagu kita plesetin semau kita, ha ha ha . . .

Ngomong soal nyanyi, tahukah sobat bahwa kebiasaan menyanyi yang tercatat dalam sejarah sudah dimulai sejak tahun 4000 sebelum masehi ? Jangan membayangkan musik-musik kontemporer kayak sekarang ini lho, karena pada awalnya nyanyi itu berawal dari kebiasaan membuat puisi. Seperti jaman sekarang, nyanyian yang ngetop di jaman itu juga adalah nyanyian bertema cinta. Cara menyanyinya sederhana, mereka melantunkan pusisi diiringi alat musik kuno yang disebut “lyre” atau alat musik lainnya. Walaupun nadanya masih aa … uu … nggak pakai not, tapi syair-syair lagu yang masih tersimpan nggak kalah romantis sama lagu-lagu jaman sekarang.

Naskah tertua nyanyian ditemukan di daerah sekitar sungai Tigris dan Efrat, yang dulu dikenal sebagai Sumeria. Naskah tersebut dibuat pada lempengan tanah liat yang berbentuk kerucut sekitar 4000 tahun yang lalu, isinya sekitar 40 – an lagu, yaitu lagu-lagu pujian buat dewa dewi Sumeria, terutama Inana dewi bulan dan Dumiz dewa kesuburan. Ada pula naskah puisi dan lagu terbuat dari tembikar, ditemukan di Mesir dan diperkirakan berusia sekitar 3500 tahun dan merupakan koleksi lagu-lagu Firaun Ramses untuk permaisuri Mesir.


Naskah lagu lain yang lebih muda usianya adalah Kidung Salomo di Israel, diperkirakan berusia 3000 tahun ditulis dalam bahasa Ibrani, dan terjemahannya dapat dibaca oleh orang-orang jaman sekarang di Alkitab yaitu kitab Mazmur. Isinya kumpulan lagu-lagu cinta, baik antara sesama manusia maupun cinta kepada Tuhan. Ada pula naskah lagu kuno Yunani yang disebut Sappho, diperkirakan ditulis tahun 630 sebelum masehi, yang bertema cinta antara muda-mudi. Beberapa naskah ditulis dalam kertas papirus, dan yang ditemukan sekarang banyak yang bukan manuskrip aslinya. Adapula naskah-naskah yang lebih muda dari jaman Romawi ( tahun 100 – 400 masehi), isinya banyak yang bertema seksualitas dan cinta.

Pada jaman kegelapan di Eropa, menyanyi mendapat hambatan yang besar dari pihak gereja karena dianggap hasil perbuatan setan. Oleh karenanya, naskah-naskah nyanyian banyak ditemukan di daerah-daerah berkembangnya agama Islam pada saat itu seperti di Spanyol, sekitar abad ke-9, berjudul “Al Tarab” atau “Pesona”, temanya puji-pujian bagi Tuhan dan Nabi Muhammad.

Dengan dimulainya jaman Renaisance, nyanyian dan musik mendapat tempat yang luas di hati masyarakat. Pada abad 15 sampai abad 17 begitu banyak beredar syair-syair lagu dan musik di benua Eropa yang bertemakan cinta atau seksualitas yang samar. Mulai jaman inilah musik dan nyanyian dikenal luas, disimpan dan didplukasi, serta menyebar ke seluruh dunia.

Pekerjaan sebagai komponis atau pencipta lagu mulai populer pada abad ke-19. Salah seorang komponis terbesar pada jaman ini adalah Thomas Moore, dan menciptakan lagu telah menghasilkan banyak uang bagi dirinya. Selain dirinya, ada pula Henry Clay Work, Charles K. Harris, Hubert P. Utama, GW Chadwick, dan Henry Russell. Adapun komponis profesional pertama dan yang dianggap terbesar di Amerika adalah Stephen Collins Foster. Walaupun terkenal, komponis ini meninggal dalam kemiskinan karena masalah pribadi, di tengah-tengah lagu cinta klasik yang diciptakannya seperti lagu yang berjudul "Jeanie With Light Brown Hair," "Beautiful Dreamer" dan "You Be Gone Love".

Perkembangan musik terus terjadi sampai saat ini. Di Indonesia sendiri, industri musik sudah merupakan salah satu industri komersial yang besar, dan menghasilkan musisi-musisi besar. Tema cinta masih merupakan tema yang mendominasi, selain tema-tema spiritual. Dalam beberapa tahun terakhir, bermunculan banyak sekali grup band dengan lagu-lagu indah mereka, dan karenanya lagu Indonesia telah menggeser popolaritas lagu-lagu asing di negeri sendiri.

Nah, itu lho sekilas sejarah tentang nyanyi. Jadi, menyanyi memang sejalan dengan kebutuhan manusia untuk mengekspresikan isi hatinya, dan dalam hal nyanyi manusia tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang atau nanti.

Yang pasti, bagi saya nyanyi bermanfaat buat menghilangkan stres (saat teriak-teriak di karaoke), atau mengekspresikan isi hati pada saat ngelamun di rumah. Selain itu, nyanyi di kamar mandi juga bermanfaat buat mengurangi rasa dingin kena air, ha ha ha . . .

Oh iya, ngomong-ngomong soal musik, saya juga bisa main gitar sedikit-sedikit, dan iseng-iseng membuat beberapa lagu pribadi. Salah satunya adalah lagu yang syairnya kayak gini nihh :



Menggapai Mimpi By : Bellar


Menyambut pagi, disapa hangat sinar mentari,
Membuka hari, berbekal indah sejuta mimpi

Menata hati, jalani hidup ini,
Anugerah Ilahi, kucoba syukuri

Setiap kali, suka dan duka silih berganti,
Satu yang pasti, ku masih saja ada di sini

tetap berlari, menggapai semua mimpi,
Apapun ‘kan terjadi, ku terus berlari


Aku disini lagi, bersama mimpi,
Aku berlari lagi, melangkah pasti

Aku merangkai hari, menjadi berarti,
Wujudkan semua mimpi-mimpi,
kar’na itu ku tetap di sini


Aku disini lagi, bersama mimpi,
Aku berlari lagi, melangkah pasti

Aku merangkai hari, menjadi berarti,
Wujudkan semua mimpi-mimpi, kar’na ku di sini

Kar’na itu ku tetap di sini

Numpang promosi lagu Mas, siapa tahu ada produser lewat, ha ha ha . . .

Baca Selanjutnya...

Red Cliff II : Kehidupan dan Perang

kehidupan

Semalam saya mengajak anak sulung saya nonton film, judulnya “Red Cliff II”. Film ini menuturkan salah satu sequel peperangan dari kisah roman Cina “sam Kok”. Ceritanya, wilayah Wu (salah satu negara dalam kisah Sam Kok) diserang oleh balatentara Cao Cao yang kuat, yang memiliki ratusan ribu tentara. Karena begitu kuatnya pihak lawan, Wu yang memiliki sekitar tigapuluh ribu tentara meminta bantuan dari Liu Bei (diperankan oleh You Yong) yang memiliki sekitar duapuluh ribu tentara. Pertempuran terjadi di sungai Yangtze, dekat wilayah Wu. Pangeran Wu, Zhou Yu (diperankan oleh Tony Leung) berusaha keras untuk mengalahkan Cao Cao. Inti cerita, setelah terjadi adu strategi dan berkat perjuangan dan pengorbanan seluruh personel Negara Wu, Cao Cao dapat dikalahkan.

Ada beberapa tokoh utama yang bagian kehidupannya ditonjolkan dalam film ini. Yang pertama adalah Cao Cao yang bersifat kejam dan ambisius, memiliki cita-cita untuk menguasai Wu dengan segala cara. Salah satu cara yang dilakukannya adalah menyebarkan virus penyakit thipus yang pada saat itu belum ada obatnya, yang pada awal film membuat Liu Bei menarik seluruh bantuan tentaranya. Yang kedua adalah Zhou Yu, pangeran yang ksatria, cerdik, dan bijaksana. Dia memiliki istri yang lembut dan cantik, ahli seni membuat teh, dan dalam kelembutannya juga memiliki keberanian yang luar biasa. Yang ketiga Zhuge Liang (diperankan oleh Takeshi Kaneshiro), seorang ahli membaca alam dan penemu, yang pandai dan bijaksana. Gabungan kelebihan dari ketiga orang ini, yaitu patriotisme dari Zhou Yu, kehandalan Zhuge Liang dalam meramalkan pembalikan arah angin dan strategi mengumpulkan panah dari pihak lawan, serta keberanian dan kecerdikan istri Zhou Yu untuk datang sendirian ke markas Cao Cao demi memperlambat serangan Cao Cao sampai angin berbalik arah, mengantarkan Wu memenangkan perang lewat strategi “api” yang memporakporandakan pasukan laut Cao Cao yang kuat.

Dibalik film yang cukup seru ini, ada beberapa pesan moral yang dapat saya tangkap. Film ini menceritakan tentang peperangan antara ambisi dengan perjuangan hidup. Cao Cao yang ambisius, tidak tahu secara pasti apa tujuan perang tersebut bagi hidupnya, selain karena ambisinya yang besar. Sementara Zhou Yu dan anggota Negara Wu lainnya, berperang demi membela tanah (kehidupan) mereka. Karena membela negara mereka, tentara Wu berperang dengan patriotisme yang tinggi, dan segala strategi terbaik mereka kerahkan di dalam perang. Sebaliknya, pasukan Cao Cao meskipun berjumlah besar tidak memiliki landasan kuat dalam peperangan tersebut, sehingga para jendralnya menjadi mudah patah semangat pada saat keadaan tidak menguntungkan. Kecerdikan Zhuge Liang dalam membaca arah angin dan memanfaatkan kabut, serta waktu yang diambil oleh tentara Wu untuk menyerang dengan informasi tersebut, merefleksikan kecerdikan membaca situasi dan memanfaatkannya untuk meraih kemenangan. Sementara, perjuangan istri Zhou Yu untuk menunda serangan Cao Cao, menggambarkan pengorbanan yang dilakukan demi mencapai kemenangan.

Pesan moralnya, kehidupan kita adalah kancah peperangan melawan diri kita sendiri. Dalam hidup kita perlu memiliki tujuan yang berharga, agar hidup kita mempunyai arti bagi diri kita dan orang-orang di sekeliling kita. Namun, seringkali hati kita dipenuhi dengan ambisi berlebihan untuk mencapai sesuatu, tanpa memikirkan secara mendalam hakekat dari hal tersebut bagi diri kita. Akibatnya, perjuangan melemah ketika kesulitan dihadapi. Hidup adalah perjuangan, perjuangan untuk mencapai hal-hal yang paling berharga bagi diri kita. Menemukan hal-hal yang paling berharga bagi diri kita dan memperjuangkannya sepenuh hati, jauh lebih baik daripada mengumbar ambisi dan mencoba mencapai banyak hal yang menjadi ambisi kita. Banyak hal yang kita inginkan, namun hanya beberapa yang sebenarnya berharga dalam hidup kita. Memfokuskan diri terhadap hal-hal yang prinsipil dan berharga tersebut akan membuat langkah kita menjadi lebih terarah dan tahan banting karena memiliki alasan kuat untuk mencapainya.

Dalam perjuangan mencapai hal-hal berharga tersebut, kita berhadapan dengan dunia yang mudah berubah, yang kadangkala menempatkan kita dalam situasi menguntungkan atau sebaliknya. Membaca situasi yang ada di sekeliling kita merupakan faktor penting dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang pandai membaca situasi tahu kapan saatnya dia harus bertindak, mundur setahap, atau berhenti untuk sementara. Dengan kemampuan membaca situasi, perjuangan yang dilakukan tidak bersifat membabi-buta, yang dapat menuntun kita kepada kekalahan demi kekalahan dalam kehidupan ini.

Untuk mencapai hal-hal yang berharga dalam hidup kita, kadang-kadang diperlukan pengorbanan yang membuat kita “sakit”. Saya teringat analogi sekeping emas yang tiap hari digosok oleh pemiliknya. Walaupun gosokan-gosokan tersebut terasa menyakitkan bagi emas, namun sadar tidak sadar hal tersebut membuatnya menjadi semakin cemerlang dari hari ke hari. Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati kehidupan, melakukan hal-hal yang menyenangkan, memberikan kesuksesan, namun banyak kali kita juga menemui kesulitan, hambatan, masalah, yang kadangkala begitu besar dan membutuhkan pengorbanan untuk menyelesaikannya. Kadangkala kita dituntut untuk meninggalkan hal-hal yang terlihat menyenangkan demi mencapai sesuatu yang lebih berharga. Berani berkorban untuk hal-hal yang menjadi tujuan utama hidup kita, akan membuat kehidupan itu sendiri menjadi lebih berharga.

Kembali ke film Red Cliff II, bagi yang belum nonton film tersebut, saya merekomendasikan untuk menontonnya, karena filmnya cukup seru dan menghibur !



Baca Selanjutnya...

13 Februari, 2009

Valentine : Memaknai Arti Kasih dalam Kehidupan



Besok adalah hari valentine, yang biasanya turut dirayakan oleh sebagian orang, terutama kaum remaja. Ada yang tukeran coklat, tukeran boneka, tukeran kaligrafi, or udah nge-set moonlight dinner bersama pasangan tercinta !

Saya sendiri sebenarnya termasuk orang yang nggak begitu care sama valentine day, lantaran saya memang bukan tipe orang yang terlalu romantis (kata orang, lho ….). Waktu muda dulu, kalau pas valentine day, paling-paling saya cabut satu biji bunga mawar + tangkainya dari halaman rumah yang kebetulan lagi mekar (kebeneran ada pohon mawar di halaman) sebelum cabut ke rumah do’i. Pas sampai rumahnya, langsung deh dikasihin sama dia di depan pintu sambil ngegombal : “Aku nggak bisa ngasih apa-apa ya, cuma bisa ngasih mawar ini yang udah ditungguin mekarnya dari 2 minggu yang lalu, khusus buat hari valentine ini … !”, ha ha ha ………

Berdekatan sama hari yang berbau kasih seperti valentine, adalah waktu yang pas buat sedikit kontemplasi dan merenungkan apa sebenarnya arti kasih bagi kehidupan dan diri saya.
Dari beberapa buku yang pernah saya baca, kasih atau cinta dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Agape, Eros, dan Filia. Apa ya makna ketiga jenis kasih tersebut dalam perjalanan kehidupan saya selama ini ?

Kasih Agape, adalah one way love, lebih tepat disebut compassion. Kasih ini adalah kasih satu arah, untuk selalu memberi tanpa pernah mengharapkan apa-apa dari pemberian tersebut.

Bagi saya, hanya Tuhan yang bisa (dan selalu) melakukan kasih seperti ini secara sempurna. Lihatlah mentari yang terbit menyinari dunia setiap hari dari pagi sampai sore, bagi setiap insan tanpa memandang baik atau buruknya orang tersebut. Cahaya dan kehangatannya terus menyemburkan kehidupan bagi seluruh makhluk di bumi, memberi dan memberi, tanpa ada yang pernah kembali padanya.

Jawaban atas kasih Agape adalah spiritualisme rohani. Jika Tuhan memberikan kasih tanpa batas kepada diri saya, mampukah saya sebaliknya mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dalam seluruh kehidupan saya? Jawaban saya adalah “belum”, atau mungkin “tidak”. Dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan rutinitas duniawi, acapkali saya bahkan lupa akan keberadaan Tuhan, sibuk mengurus hal-hal lain yang kurang penting, dan baru pada saat malam menjelang dan punya waktu untuk merenung, kembali tersadar dan mengingatNya.
Belum …., saya belum mencintai Dia sepenuh hati !

Apa yang kerap saya lakukan sampai saat ini, adalah selalu mencoba untuk bersyukur atas segala hal yang saya alami dalam hidup, bagi yang kelihatan baik ataupun kelihatan buruk. Satu hal yang saya yakini, bahwa rencana Tuhan bagi hidup kita berada di luar jangkauan dualisme baik dan buruk. Semua kejadian dan respon kita terhadap kejadian tersebut, merupakan signal untuk kejadian-kejadian lain di masa mendatang. Kehidupan dan nasib sudah dipola, yang kita miliki adalah kehendak bebas untuk memilih reaksi atas nasib kita. Dengan cara mensyukuri setiap hari yang saya jalani, paling tidak saya mencoba “menjawab” kasih Tuhan, sebagai seorang yang selalu menerima segala sesuatu dariNya.
Ya . . . , mencoba untuk bersyukur, walau bahkan itu pun kerap terlupa ketika kesulitan datang menerpa.

Ada seorang manusia dalam kehidupan saya yang selalu memancarkan one way love, yaitu ibu saya. Sejak saya kecil, kasihnya tidak pernah berubah, keinginannya selalu hanya memberi, perhatiannya datang dari lubuk jiwa yang paling dalam. Dan sampai saat ini, saat saya sudah mandiri secara ekonomi, berkeluarga, dan punya anak, baginya saya tetap seorang anak kecil yang perlu dimarahi, dibimbing, dan dilindungi. To my mother, “I love you Mom, you’re the most wonderful woman in my life … !”

Kasih Eros, adalah kasih antara dua orang yang berbeda jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Kasih ini begitu indah, penuh greget, dan selalu tidak terduga.

Ada satu hal yang saya cermati, dari dulu sampai sekarang, tidak jarang kasih ini ternodai oleh pola pikir materialisme yang berakar kuat dalam kehidupan manusia. Saya ingat masa-masa SMA saya, dimana kasih ini berkembang secara murni dan wajar. Sepasang murid pria dan wanita merasa saling tertarik, just because of their love, and leave other things behind. What a beautiful love !

Sebaliknya, begitu banyak cinta yang dikorbankan karena alasan materi, dan begitu banyak bentuk materialisme bertopeng cinta. Miris rasanya mendengar berita si “Eva” cerai dengan si “Adam” pada saat si “Adam” mengalami kesulitan keuangan atau kesulitan lainnya. Percayalah, hubungan kasih yang lahir dari materialisme adalah hubungan yang rentan, bagai gelas mudah pecah …

Saya bersyukur memiliki seorang istri, yang walaupun tidak sempurna, bersedia mendampingi saya dalam suka dan duka. Sepuluh tahun usia pernikahan kami, dalam berbagai kesulitan yang kami hadapi, hanya sedikit keluhan yang keluar dari bibirnya. Dalam masa senang, dia kerap kali mengingatkan saya untuk tidak lupa diri. Dia seorang ibu yang baik bagi anak-anak kami. Sebagai seorang suami, saya jauh dari sempurna, dan kerap membuatnya kecewa. One wish on this Valentine day, mudah-mudahan bahtera rumah tangga kami langgeng sampai jadi kakek nenek bagi cucu-cucu kami. To my wife, every of my day is a valentine for you . . .

Kasih Filia adalah kasih persaudaraan antara famili, teman, dan seluruh manusia pada umumnya, berupa ukhuwah insaniah.

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya, demikian juga saya. Ada pelajaran yang saya dapatkan dalam kehidupan ini, bahwa hubungan yang terbangun dalam keseharian saya, lebih banyak yang berakar kepada pamrih, terbungkus dalam sebuah frase manis “take and give”. Dalam hubungan bisnis, “long-term relationship” hanyalah slogan kosong yang terlihat indah pada saat keadaan menguntungkan kedua belah pihak, dan menjadi berantakan ketika krisis menerpa. Dalam hubungan sosial, “mendapat pengakuan” merupakan pamrih dari dimulainya suatu hubungan.

Saya teringat sebuah quote tentang persahabatan yang kira-kira seperti ini:

“Pada saat kamu merindukan seorang sahabat sejati, tanyalah hatimu apa arti seorang sahabat bagi dirimu. Jika bagimu sahabat sejati adalah sahabat yang selalu ada di sampingmu saat engkau kesulitan, mau mendengar keluh kesahmu, dan bersedia selalu membantumu, maka tidak ada seorang pun yang pantas untuk menjadi sahabat sejatimu. Namun, jika bagimu sahabat sejati adalah mereka yang selalu siap engkau bantu, orang-orang yang berkeluh kesah kepadamu, dan engkau selalu ada di samping mereka saat mereka kesulitan, maka hidupmu dikelilingi oleh ribuan sahabat sejati”

Dalam berhubungan, saya kerap kali lupa dan berharap akan suatu pamrih. Pamrih menjadi lebih penting dari hubungan itu sendiri, sehingga hubungan yang seharusnya bersifat mulia menjadi terdegradasi ke tingkat terbawah. Permenungan ini setidaknya membuat saya berpikir untuk mencoba mengganti frase “take and give” menjadi “give it away, then tomorrow you will take from nature”. Semoga !

------------------------------------------))0((----------------------------------------------

Wuiiiih ……… , ini kontemplasi atau confession yach, ha ha ha …….

Ok, dalam rangka memperingati hari valentine ini, kalau para muda-mudi saling bertukar coklat, bertukar boneka, atau bertukar kado, maka sebagai tanda persahabatan saya mengundang para Sobat untuk bertukar link dengan saya, karena di dunia blogging kado yang bisa diberikan buat seorang sahabat adalah link, ha ha ha

Whatever the situation, whereever you are, I’m just expecting some goodness for all of you, and enjoy your cheerful day . . . !



Baca Selanjutnya...

11 Februari, 2009

Jurus-jurus Anti Krisis

kehidupan

Setiap pagi pas masuk kantor, biasanya saya baca koran dulu sebelum mengerjakan aktivitas lainnya. Selain buat penyegaran, juga supaya up to date sama berita-berita terbaru, terutama di Indonesia. Selama tiga bulan terakhir ini, ada topik yang setiap hari muncul di koran, yaitu topik yang berhubungan dengan krisis ekonomi dunia dan akibat-akibatnya.

Coba bayangkan, perusahaan keuangan besar di dunia kayak AIG sama Citibank pun tidak luput dari krisis ini dan sangat kewalahan, belum lagi perusahaan-perusahaan otomotif Amerika yang pusing nunggu bail out. Karena mendunia, Indonesia pun kena getahnya. Ribuan pekerja tekstil dan industri lain resah takut kena PHK karena perusahaan tempat mereka bekerja kesulitan keuangan. Jadi pengusaha pusing, jadi karyawan lebih pusing lagi, jadi investor saham buntung, dan kehidupan semua orang jadi pusing juga ! Hasil ngerumpi sama beberapa teman, walaupun belum tentu valid, ternyata gara-gara krisis ini jumlah rata-rata pengunjung mall berkurang sampai sekitar 40% !!

Saya punya pandangan, bahwa krisis kali ini dampaknya bakal cukup panjang dan “menggigit” buat masyarakat kita, karena ketergantungan ekonomi yang tinggi sama Amrik, baik secara langsung maupun nggak langsung (terutama lewat Jepang yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia), dan akan semakin banyak perusahaan yang “jebol” serta maraknya PHK.

Pikir punya pikir, gimana ya caranya supaya nggak kena
“skak-mat” di jaman krisis ini?

Selain cadangan keuangan yang cukup, yaitu likuiditas yang sehat buat pengusaha dan tabungan yang cukup buat karyawan, menurut saya ada faktor-faktor pribadi yang sangat menunjang kita untuk bertahan menghadapi krisis ini, serta berpengaruh terhadap kinerja kita secara umum, yaitu cara kita berkarya.

Setengah mengkhayal, saya coba mengidentifikasikan orang-orang yang punya kelebihan tersebut, hasilnya ada tiga kelompok orang ;

Pertama, orang yang berkarya dengan hati

Orang-orang ini adalah mereka yang menekuni profesi kerja atau jurusan yang memang mereka cintai. Bagi mereka, apa yang dikerjakan tidak pernah menjadi beban, karena mereka melakukan hal yang memang mereka sukai dan bagi mereka pekerjaan bukan lah suatu proses untuk mencapai tujuan, namun sudah merupakan tujuan itu sendiri. Kalau orang sudah berkarya dengan hati, mereka memiliki nilai tambah yang bersifat super, yaitu kemampuan kreasi dan inovasi yang nggak bakal habis-habis, dalam segala keadaan termasuk saat krisis.

Bagi pengusaha, kebanyakan yang termasuk golongan ini adalah pengusaha yang merintis bisnisnya dari nol. Biasanya, orang yang pertama kali merintis bisnis akan memilih bidang yang mereka sukai. Karenanya, usahanya berkembang dalam kecintaan terhadap jenis bisnis mereka, sehingga seluruh seluk-beluk di bidang mereka sudah mereka kuasai, dan nggak susah buat cari cara buat bertahan bahkan pada saat krisis.

Profesi lain yang banyak menghasilkan orang jenis ini adalah bidang seni. Seorang pelukis, penyanyi, penulis, dan seniman lainnya biasanya memilih profesi ini lebih karena kecintaan mereka daripada penghasilan semata. Bidang seni juga biasanya tidak terlalu bersifat komersil sehingga efek krisis relatif tidak besar.

Bagian terbesar karyawan kantor dan buruh pabrik bukan termasuk jenis orang ini, karena biasanya motivasi utama mereka dalam bekerja adalah mencari penghasilan. Namun, banyak juga pekerja yang memang sejak awal memilih perusahaan dan bidang yang mereka sukai, atau dalam perkembangan karirnya menjadi terlanjur mencintai bidang pekerjaan mereka. Karyawan yang bekerja dengan hati akan menganggap pekerjaan sebagai permainan, sehingga prestasi kerja mereka menonjol dibandingkan karyawan lain. So, kalau perusahaan terpaksa mem-PHK karyawan, mereka adalah orang-orang terakhir yang masuk ke dalam list.

Kedua, orang yang berkarya dengan responsibiliti

Golongan kedua ini mungkin tidak terlalu menyukai bidang pekerjaan mereka, namun mereka selalu dalam keadaan sadar bahwa mereka bekerja atau berbisnis karena mereka memiliki responsibiliti.

Bagi yang sudah memiliki tanggungan (istri dan anak)dalam kehidupannya, mereka sadar bahwa orang-orang tercinta mempunyai kebutuhan ekonomi, dan kebutuhan itu terpenuhi karena mereka “dibayar” oleh perusahaan atau bisnis mereka. Karenanya, mereka akan berusaha bekerja sebaik mungkin agar perusahaan membayar lebih besar lagi atau bisnisnya menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Keluarga merupakan sumber motivasi terbesar yang dapat menghasilkan responsibiliti dalam berkarya.

Secara umum, responsibiliti juga bisa berasal dari cita-cita / impian. Orang-orang yang memiliki impian dalam hidupnya, akan berusaha berkarya sebaik mungkin agar dapat menggapai impian mereka.

Orang-orang golongan ini biasanya termasuk orang yang ulet, sehingga dalam situasi sulit seperti krisis pada saat ini, cukup besar kemungkinan mereka menemukan jalan keluar berkat keuletan mereka.

Ketiga, orang yang berkarya dengan empati

Orang-orang ini mungkin tidak terlalu menyukai bidang kerja / usaha mereka, namun mereka memiliki perspektif sosial yang positif, senang bergaul, dan penuh tenggang rasa dalam bekerja atau berbisnis.

Pebisnis yang senang bergaul secara alamiah akan mengakibatkan luasnya jaringan bisnis mereka, dan banyak dari jaringan tersebut yang bukan berhulu dari suatu transaksi bisnis, melainkan dari hubungan pertemanan semata. Dalam keadaan sulit, luasnya jaringan yang tidak berakar dari bisnis akan banyak menolong dan menyelamatkan mereka dari kesulitan.

Seorang pekerja yang menyukai sosialisasi dan pandai bergaul, biasanya mendapatkan kemajuan karir yang cukup berarti walaupun prestasi kerja mereka tidak istimewa. Hal ini disebabkan oleh banyaknya orang yang menyukai mereka, termasuk para atasan. Menurut saya, mereka akan berada dalam urutan buncit pada daftar PHK karyawan. Satu lagi kelebihan mereka, biasanya mereka memiliki banyak teman di dalam dan di luar perusahaan, sehingga informasi lowongan kerja baru lebih mudah mereka dapatkan jika toh mereka harus di PHK dari tempat mereka bekerja. (*)

Cara seseorang berkarya bisa mencakup lebih dari satu tipe. Contohnya, orang yang berkarya dengan hati, secara otomatis akan bekerja dengan penuh responsibiliti. Ada juga orang yang memiliki responsibiliti tinggi dan pandai bergaul. Demikian kombinasi-kombinasi itu bisa dimiliki oleh satu orang yang sama.

Ha ha, proses identifikasi selesai !
----------------------------------------------------------------------

Saya kembali lagi ke alam nyata, lalu mikir, kira-kira saya termasuk salah satu dari ketiga golongan orang itu nggak ya . . . ?

Jawabannya, saya sendiri kurang jelas, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Yang pasti, saat ini saya ingat lagi sama satu lagu lawas yang diputar waktu mengikuti salah satu seminar motivasi beberapa waktu yang lalu, what a nice song !


"If Tomorrow Never Comes" - by Ronan Keating

Sometimes late at night
I lie awake and watch her sleeping
She's lost in peaceful dreams
So I turn out the lights and lay there in the dark
And the thought crosses my mind
If I never wake up in the morning
Would she ever doubt the way I feel
About her in my heart

If tomorrow never comes
Will she know how much I loved her
Did I try in every way to show her every day
That she's my only one
And if my time on earth were through
And she must face this world without me
Is the love I give her in the past
Gonna be enough to last
If tomorrow never comes

'Cause I've lost loved ones in my life
Who never knew how much I loved them
Now I live with the regret
That my true feelings for them never were revealed
So I made a promise to myself
To say each day how much she means to me
And avoid that circumstance
Where there's no second chance to tell her how I feel

If tomorrow never comes
Will she know how much I loved her
Did I try in every way to show her every day
That she's my only one
And if my time on earth were through
And she must face this world without me
Is the love I give her in the past
Gonna be enough to last
If tomorrow never comes

So tell that someone that you love
Just what you're thinking of
If tomorrow never comes


Baca Selanjutnya...

09 Februari, 2009

Kepingin Cepat Kaya . . . ?

kehidupan

Kalau ada orang yang bertanya kepada kita, “apa kamu pengen CEPAT kaya ?”, saya yakin bahwa sebagian dari kita akan menjawab YA ! Orang yang menjawab TIDAK mungkin termasuk golongan orang-orang yang memang sudah kaya, merasa kaya, tidak memiliki perencanaan keuangan pribadi dalam profesi hidupnya (misi hidupnya adalah kerja sosial), atau orang yang tidak yakin dengan pertanyaan itu sendiri. Nggak bisa kita pungkiri bahwa setiap orang yang sudah mulai berpikir tentang uang, secara alamiah menginginkan dirinya menjadi kaya. Pertanyaan lainnya yang sangat alami adalah, bagaimana caranya menjadi kaya dan seberapa cepat buat menjadi kaya ?

Oke, bila sobat termasuk salah seorang yang menjawab YA untuk pertanyaan diatas, ada dua saran yang saya anjurkan.

Pertama, rajin-rajin deh pasang undian berhadiah, siapa tahu sobat mendapatkan grand prize 5 milyar dan langsung menjadi orang kaya.

Atau, saran kedua yang lebih ekstrim lagi, merampok sebuah bank dan kalau nggak tertangkap sobat akan langsung memiliki banyak uang !

Sarannya ngaco ahh . . . !!

Memang, itulah jawaban gila saya untuk orang yang terobsesi kaya mendadak, ha ha ha . . .

Saya sendiri termasuk orang yang tidak yakin dengan isi pertanyaan tersebut. Menurut saya, tidak ada seorang pun yang dapat cepat kaya melalui cara yang natural. Setiap orang harus berjuang untuk menjadi kaya, dan dalam perjuangan tersebut dibutuhkan waktu serta usaha. Oleh karenanya, saya lebih tertarik untuk menjawab pertanyaan lainnya yaitu bagaimana caranya menjadi kaya.

Robert T. Kiyosaki dalam bukunya yang terkenal The Cashflow Quadrant menyarankan agar orang berpindah dari kuadran karyawan dan profesional ke kuadran investor dan pengusaha untuk mencapai kebebasan finansial secara lebih cepat. Sampai tingkat tertentu, saya setuju dengan pendapatnya; namun kenyataannya sebagian besar orang tidak memiliki persepsi yang sama satu dengan yang lain mengenai arti kata “kaya”. Karenanya, mulai dari paragraf selanjutnya, kata “kaya” akan saya ganti dengan “kebebasan finansial”. Saya coba gambarkan secara cukup ekstrim, ada orang yang sudah merasa cukup kaya bila mempunyai uang sebesar 100 juta di tabungannya, tapi ada pula orang yang belum merasa kaya walaupun memiliki deposito sebesar 10 milyar.

Hal lainnya adalah semua orang memiliki minat yang berbeda-beda, dan minat tersebut menuntun orang untuk memasuki kuadran yang lebih memungkinkan bagi dirinya. Contohnya, orang yang terbiasa (dan menyenangi) aktivitas sehari-hari yang keras, akan lebih condong menjadi seorang profesional atau karyawan dibandingkan menjadi seorang pengusaha yang lebih banyak melakukan aktifitas lobbying dan controlling. Karenanya saya berpendapat bahwa setiap orang dapat mencapai kebebasan finansial tanpa memandang di kuadran mana dia berada.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya mencoba untuk menerapkan beberapa langkah di bawah ini untuk mencapai impian kebebebasan finansial saya ;

Langkah pertama, saya mencoba menemukan arti kebebasan finansial bagi diri saya, dan berapa lama target waktu yang saya butuhkan untuk mencapainya ! Semuanya saya jabarkan secara kuantitatif, dan saya bandingkan dengan kebutuhan hidup saya sesuai gaya hidup saya sekarang. Sebagai contoh, misalnya arti kebebasan finansial bagi saya adalah memiliki income (active income dan passive income) bulanan sebesar dua kali dari kebutuhan bulanan saya, memiliki harta likuid dalam bentuk tabungan, deposito, atau lainnya yang menjamin kebutuhan bulanan saya selama dua tahun, dan saya menentukan target waktu 5 tahun untuk mencapai hal itu. Selain itu, saya juga menargetkan untuk memiliki tabungan sebesar jumlah tertentu sebagai jaminan masa pensiun, dengan target waktu usia pensiun saya untuk.

Langkah kedua, setelah memiliki beberapa target, saya bertanya kepada diri sendiri apakah penghasilan rutin saya pada saat ini memungkinkan untuk mencapai target tersebut? Ketika jawabannya adalah TIDAK, artinya saya harus berusaha untuk membuatnya menjadi YA. Caranya sangat bervariasi, mulai dari memikirkan penghasilan tambahan, mencari pekerjaan dengan penghasilan yang lebih besar, atau berpindah kuadran baik secara langsung maupun bertahap. Yang penting, saya berusaha memastikan bahwa saya memiliki penghasilan yang memungkinkan untuk mencapai target tersebut.

Langkah ketiga, yang biasanya saya lakukan bersamaan dengan langkah kedua, adalah membuat anggaran / perencanaan keuangan bulanan. Saya menjabarkan secara kuantitatif penghasilan bulanan dan pengeluaran bulanan saya, dengan target jumlah uang tertentu yang bisa saya sisihkan setiap bulan. Langkah tersebut cukup berhasil menuntun saya untuk menjadi fokus kepada tujuan utama, dan memungkinkan saya untuk membuat target-target jangka pendek (biasanya target tahunan) sebagai “target jangkar” tanpa kehilangan fokus untuk mencapai kebebasan finansial sebagai target utama.

Langkah keempat yang saya pikir tidak kalah penting, adalah melakukan review secara berkala terhadap ketiga langkah pertama, yaitu target akhir, usaha yang telah di lakukan dalam proses menuju pencapaian target, dan anggaran bulanan. Langkah ini sangat membantu saya agar semakin terfokus dalam usaha-usaha untuk mengembangkan penghasilan rutin, menganalisa pencapaian “target antara”, serta memungkinkan saya untuk merevisi / melakukan penyesuaian target akhir sesuai dengan perkembangan jumlah penghasilan, perubahan atau penambahan preferensi, dan jumlah waktu yang tersisa untuk mencapai target akhir. Penyesuaian ini akan menjadi sangat penting karena diatas segalanya, pada akhirnya saya harus memiliki target yang cukup realistis untuk dicapai. Saya tidak ingin saya menjadi stres karena memiliki sebuah target yang tidak realistis !

Terus terang, diperlukan disiplin yang cukup tinggi buat menjalankan keempat langkah diatas secara benar, dan saya pun seringkali tanpa sadar keluar rel dan pas merenung baru kelihatan sudah keluar dari jalur, dan cepetan dehh balik lagi ke rel.

Anyway, mudah-mudahan dengan cara ini, saya dapat mencapai tujuan finansial saya sesuai dengan target yang saya tentukan sendiri, dan menjalani prosesnya dengan hati senang.

Ada saran dari para rekan ?


Baca Selanjutnya...

07 Februari, 2009

Ketidakseimbangan, Penyebab Kekacauan !

kehidupan
Hari ini saya lagi bete ! Pasalnya sederhana saja, yaitu mengenai koneksi internet. Selama ini (sudah kurang lebih 1 tahun) saya mempergunakan jasa salah satu perusahaan penyedia koneksi internet berkecepatan tinggi. Sejak 2 – 3 bulan terakhir ini, saya kesulitan untuk melakukan koneksi awal, mesti diulang-ulang sampai 10 kali-an baru nyambung, kadang-kadang nggak bisa nyambung sampai bosan sendiri, dan kejadian-kejadian serupa lainnya. Puncaknya hari ini, kebetulan saya terbangun jam 4 subuh dan karena teringat beberapa keperluan yang membutuhkan data dari internet, saya hendak melakukan koneksi. Dicoba-coba selama 2 jam sampai jam 6 pagi, koneksi nggak nyambung-nyambung, sampai bete. Kemudian saya mencoba menghubungi nomor telepon Customer Service mereka di Jakarta, nggak bisa bicara karena bunyi di telepon, “Maaf, pada saat ini seluruh Customer Service staff kami sedang melayani pelanggan, cobalah …. (bla, bla, bla) “. Saya ulangi beberapa kali, dengan hasil yang sama.

Karena saya pikir jam tersebut masih pagi, mungkin belum ada staff yang stand by (meskipun sebenarnya, kalau bicara mengenai profesionalisme pelayanan jasa internet yang dipergunakan 24 jam oleh semua orang, seharusnya ada staff yang bertugas setiap saat), saya menghentikan sementara usaha saya dan mengerjakan hal lainnya.

Jam 10 pagi, saya coba lagi melakukan koneksi, hasilnya mudah ditebak : nggak bisa koneksi ! Trus coba lagi kontak per telepon ke Customer Service, beberapa kali, nggak bisa bicara dengan bunyi alasan yang sama. Bete . . . , bener-bener bete . . . !

Sebenarnya ini bukan pertama kali saya menghubungi pihak mereka. Kurang lebih 2 bulan yang lalu karena kesulitan koneksi saya menghubungi Customer Service per telepon dan kebetulan bisa bicara. Salah seorang staff bilang bahwa penyebabnya adalah koneksi saya sebelumnya masih “ngait” (nyangkut), kemudian dia melakukan “sesuatu” di sana, dan menyuruh saya melakukan koneksi lagi, and … done, koneksi bisa dilakukan ! Tapi hari-hari berikutnya setelah itu, kejadian kesulitan koneksi menjadi makanan sehari-hari. Aneh juga, masak tiap kali koneksi, koneksi saya selalu nyangkut dan sulit melakukan koneksi selanjutnya !

Karenanya, sekitar 2 minggu yang lalu saya mengirimkan email ke Customer Service mereka, dan dijawab beberapa hari kemudian. Jawabannya sih umum-umum saja, lalu saya diberi nomor DNS oleh mereka, dan disuruh mengubah koneksi dari dynamic menjadi static. Beberapa hari lancar, setelah itu sama saja, sampai kejadian hari ini.

Akhirnya, saya mempergunakan paket lama, lebih lambat, namun abadi dari telkomnet instant ! Saya coba-coba browsing di google mengenai kesulitan koneksi provider tersebut, siapa tahu dapat masukan untuk mengatasi masalah ini. Bukannya dapat jawaban, tapi malah dapat informasi bahwa ternyata . . . , bukan cuma saya yang mengalami kejadian serupa, tapi cukup banyak tulisan di forum-forum dari “korban” lainnya. Ada beberapa jawaban tipikal dari pihak mereka, salah satunya mengatakan bahwa jumlah pelanggan mereka sudah jauh di atas kapasitas jaringan yang mereka miliki, dan saat ini mereka mencoba melakukan upgrade untuk meningkatkan kapasitas jaringan.

Nah lho ! !

Kejadian dan informasi ini menghasilkan satu kesimpulan bagi saya. Kesimpulannya, perusahaan tersebut terlalu asyik mencari uang / profit tambahan dari setiap pelanggan baru (yang memang potensinya besar karena masyarakat Indonesia sedang haus-hausnya dengan koneksi internet berkecepatan tinggi), melakukan massive promotion, tanpa memperhitungkan secara matang pertumbuhan kapasitas jaringan dan pelayanan (staff Customer Service) yang mereka miliki. Akibatnya, pelanggan-pelanggan yang setiap bulan dengan setia melakukan kewajiban pembayaran, menjadi korban.

Dengan pola operasional seperti itu, kalau tidak ada perubahan, saya mencoba meramalkan nasib produk mereka di masa mendatang : karena segmen pasar ini menggiurkan bagi para pengusaha jasa internet, dan akan makin banyak jumlah penyedia jasa koneksi internet berkecepatan tinggi yang baru, produk mereka akan mulai ditinggalkan pelanggan dan pada akhirnya berakibat negatif bagi bisnis mereka sendiri, yaitu hilangnya pelanggan-pelanggan lama, rusaknya reputasi produk, dan sulit mencari pelanggan baru karena reputasi yang terlanjur tidak baik.

Dari kejadian ini, minimal ada beberapa pelajaran yang bisa saya petik bagi kehidupan pribadi saya:

Yang pertama, bila kita mempunyai suatu tujuan tertentu dalam hidup kita, sejak awal kita harus menyiapkan suatu masterplan untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk langkah per langkah yang harus dilakukan, agar kita memiliki pegangan dalam seluruh proses pencapaian tujuan tesebut.

Kedua, dalam merumuskan langkah-langkah tersebut, kita harus memperhitungkan keseimbangan antara pertumbuhan kapasitas yang diperlukan (pengetahuan, pengalaman, dll) dengan tingkatan langkah yang kita lakukan, sehingga tidak mengakibatkan kekacauan dan kerugian bagi diri kita sendiri, misalnya beban kerja yang terlalu tinggi, atau kualitas kerja yang menurun. Pada akhirnya, semua itu akan berdampak negatif baik bagi diri kita maupun orang lain.

Ketiga, apabila dalam menjalani proses dan langkah ternyata kita mengalami suatu potensi keberhasilan yang tinggi berupa perkembangan yang jauh lebih pesat dari yang kita harapkan, jangan lupa diri karena belum tentu kapasitas kita pada saat itu sudah mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dari pesatnya kemajuan proses yang kita lakukan. Idealnya, kita harus meningkatkan kapasitas kita lebih dulu, dan mengatur proses agar kemajuan yang dihasilkan sesuai dengan kapasitas yang kita miliki.

Keempat, jangan serakah !

Ahh, kekesalan saya sedikit berkurang setelah melampiaskan uneg-uneg ini ! Mudah-mudahan tulisan saya ini dapat menjadi bahan refleksi bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa koneksi internet di Indonesia, dan berguna bagi kemajuan perkembangan bisnis mereka agar bisnis mereka dapat menghasilkan keuntungan yang bersifat jangka panjang dibandingkan keuntungan besar jangka pendek semata, serta terus memperhatikan kualitas pelayanan agar tidak merugikan orang banyak.

Sedangkan saya sendiri, sekarang sedang mulai melakukan browsing untuk mencari internet connection provider lainnya yang nggak bakalan ngebuat saya jadi bete, dan akan lebih hati-hati serta mencari informasi yang cukup sebelum menentukan pilihan, supaya nggak salah pilih dan bete lagi.


Baca Selanjutnya...

05 Februari, 2009

Falsafah dan Biliar

Dalam rutinitas kehidupan sehari-hari yang kadang membuat kita jenuh, tentunya para sobat mempunyai suatu hobi tertentu untuk menghilangkan kebosanan tersebut. Demikian juga saya !

Walaupun bukan seorang jago biliar, saya kerap kali meluangkan waktu untuk bermain biliar, kalau dihitung-hitung mungkin sekali dalam seminggu buat buang stres sambil cuci mata, ha ha . . .


Tahu nggak, bahwa biliar sudah menjadi suatu hiburan yang cukup trendi di kota-kota besar Indonesia pada saat ini, khususnya bagi kalangan muda ?

Sebenarnya, tipe permainan biliar ada bermacam-macam, mulai dari bola tiga, bola limabelas, bola sembilan, dll. Nah, yang sekarang trendi di Indonesia adalah bola sembilan (nine ball rotation).


Bagi yang belum tahu, saya kasih tahu kira-kira cara permainan bola sembilan. Prinsipnya sederhana, di atas meja biliar ada bola putih dan 9 bola lain yang dikasih nomor 1 sampai 9. Siapa yang bisa memasukkan bola nomor 9, dia lah pemenangnya, as simple as that ! Permainan biasanya dilakukan oleh dua orang, yang saling bertanding satu sama lain. Kedua pemain menotok bola secara bergantian. Ilustrasinya kira-kira begini : si Amir bertanding lawan si Budi. Amir melakukan totokan pertama yang disebut break, totokan harus dilakukan dengan keras kalau pingin ada bola yang masuk. Kalau bola 9 langsung masuk, namanya golden break, si Amir langsung menang, dan permainan bisa dilanjutkan ke game berikutnya. Kalau yang masuk bola nomor lain, si Amir melakukan totokan kedua untuk masukin bola, dan bola yang dituju harus bola dengan nomor paling kecil dari seluruh bola yang tersisa di meja (misalnya, bola nomor 1). Kalau bola nomor 1 masuk, si Amir melanjutkan totokan untuk memasukkan bola nomor terkecil berikutnya. Nah, si Amir terus dapat kesempatan notok sampai bola yang dituju nggak masuk. Begitu bola yang dituju nggak masuk, si Budi dapat giliran notok dengan tujuan memasukkan bola dengan nomor terkecil tersebut. Kalau masuk kemudian dilanjutkan dengan bola nomor terkecil lainnya, tapi begitu si Budi gagal masukin bola, si Amir dapat giliran notok lagi. Demikian, si Amir dan si Budi akan bergantian notok, dan siapa yang akhirnya memasukkan bola nomor 9, tanpa memperhitungkan jumlah bola yang dimasukkan sebelumnya, adalah pemenang untuk game tersebut, 1–0 !


Sebagai informasi, di Indonesia cukup banyak jago-jago main biliar ini, seperti Ricky Yang, Adam, dan lain-lain. Mereka biasa disebut Master ! Kalau sobat kebetulan ketemu sama mereka, jangan coba-coba main sama mereka yach (kecuali buat tujuan belajar), karena para Master tersebut seringkali bisa memasukkan semua bola dalam satu kali giliran totokan pertama (namanya run out), dan lawannya cuma bisa melongo melihat bola dihabiskan sama mereka, ha ha ha . . .


Walaupun bermain biliar kelihatan sepele, namun permainan ini tidak begitu mudah kalau dilakukan secara serius. Selain dibutuhkan teknik bermain yang memadai, ada tiga hal lain yang menjadi modal utama, yaitu kekuatan mental, konsentrasi, dan konsistensi. Biliar juga termasuk salah satu jenis olahraga, karena memang menyita konsentrasi kita. Saya pernah beberapa kali ikut turnamen biliar untuk kelas pemula, dan di situ baru ketahuan bahwa main biliar itu capek. Badan dan muka keringatan, trus kalau udah capek atau mental udah “kena”, totokan jadi ngaco !


Ada beberapa hal yang membuat saya menyenangi permainan biliar. Pertama, dengan bermain biliar kita terbiasa melatih konsentrasi dan konsistensi kita (kalau nggak konsen & konsisten, bisa kalah). Kedua, pada saat nge-break (totokan pertama), saya biasanya menotok sekeras mungkin dan itu berguna buat membuang stres kita. Ada stres yang keluar pada saat bola putih menabrak seluruh bola yang disusun, apalagi kalau ternyata ada bola yang masuk. Ketiga, falsafah biliar bola sembilan, yaitu ada tujuan akhir (memasukkan bola nomor 9), dan untuk mencapai tujuan tersebut kita harus melakukan hal-hal lain lebih dulu (memasukkan bola-bola dengan nomor lebih kecil secara berurutan). Yang lebih seru, sepanjang permainan ada kendala yang harus dihadapi, yaitu lawan tanding yang siap menghabiskan bola kalau kita gagal memasukkan bola.


Nah, ketiga hal itu cukup nyambung kalau dihubungkan dengan kehidupan kita sehari-hari. Dalam kehidupan, kita mempunyai tujuan-tujuan akhir (jangka panjang) dalam segala aspek. Tujuan itu nggak bisa tercapai begitu saja, tapi ada langkah-langkah (action) yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, dan setiap langkah akan membawa kita semakin dekat pada tujuan kita (final count down). Dalam proses mencapai tujuan tersebut, banyak kendala yang mesti dilewati dan kalau kita nggak bisa menghadapinya, berarti kita kalah / gagal. Oleh karenanya, supaya kita bisa menang dan mencapai tujuan, kita membutuhkan mental yang bagus (positive thinking, nggak cepat putus asa), konsentrasi yang tinggi dalam melangkah untuk mengatasi kendala-kendala yang ada, serta konsistensi dalam setiap langkah agar tujuan kita semakin cepat tercapai. Kalau hal-hal itu nggak dilakukan, kita akan menjadi orang yang gagal. Yang nggak kalah penting, dalam hidup juga kita membutuhkan hiburan untuk menetralisir rasa stres kita, dan itu harus dilakukan secara periodik serta terus-menerus (dalam permainan biliar, nge-break dilakukan pada awal setiap game). Hiburan juga memberikan waktu bagi kita untuk beristirahat, sehingga konsentrasi dan konsistensi tetap terjaga untuk melakukan langkah selanjutnya.


Aha, itu lah bisa-bisanya saya menghubungkan permainan biliar dengan kehidupan, dan ternyata biliar bukan hanya permainan, tapi merupakan sebuah falsafah bagi saya. Just wanna share, bahwa pelajaran-pelajaran penting bagi kehidupan terkadang dapat ditemukan dalam banyak hal-hal kecil yang kita lakukan sehari-hari, contohnya saya menemukan pelajaran itu salah satunya dari permainan biliar !


Ps :

Buat yang jago biliar, jangan merasa ditantang yach, saya masih pemula, he he . . .
Kalau sobat kebetulan hobi biliar dan berdomisili di Bandung, boleh lah kita main biliar bareng untuk tujuan fun (nggak boleh taruhan, haram, ha ha . . . ), siapa tahu dapat tambahan satu teman lagi, what an enjoyable life . . . !


Baca Selanjutnya...

  © Blogger template AutumnFall by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP