Add to Technorati Favorites   Personal Blogs   Top Blogs   Blog directory   Blogs Topsites - TOP.ORG   Personal blogs & blog posts   kehidupan, hidup   Personal Blogs - BlogCatalog Blog Directory

16 Februari, 2009

Red Cliff II : Kehidupan dan Perang

kehidupan

Semalam saya mengajak anak sulung saya nonton film, judulnya “Red Cliff II”. Film ini menuturkan salah satu sequel peperangan dari kisah roman Cina “sam Kok”. Ceritanya, wilayah Wu (salah satu negara dalam kisah Sam Kok) diserang oleh balatentara Cao Cao yang kuat, yang memiliki ratusan ribu tentara. Karena begitu kuatnya pihak lawan, Wu yang memiliki sekitar tigapuluh ribu tentara meminta bantuan dari Liu Bei (diperankan oleh You Yong) yang memiliki sekitar duapuluh ribu tentara. Pertempuran terjadi di sungai Yangtze, dekat wilayah Wu. Pangeran Wu, Zhou Yu (diperankan oleh Tony Leung) berusaha keras untuk mengalahkan Cao Cao. Inti cerita, setelah terjadi adu strategi dan berkat perjuangan dan pengorbanan seluruh personel Negara Wu, Cao Cao dapat dikalahkan.

Ada beberapa tokoh utama yang bagian kehidupannya ditonjolkan dalam film ini. Yang pertama adalah Cao Cao yang bersifat kejam dan ambisius, memiliki cita-cita untuk menguasai Wu dengan segala cara. Salah satu cara yang dilakukannya adalah menyebarkan virus penyakit thipus yang pada saat itu belum ada obatnya, yang pada awal film membuat Liu Bei menarik seluruh bantuan tentaranya. Yang kedua adalah Zhou Yu, pangeran yang ksatria, cerdik, dan bijaksana. Dia memiliki istri yang lembut dan cantik, ahli seni membuat teh, dan dalam kelembutannya juga memiliki keberanian yang luar biasa. Yang ketiga Zhuge Liang (diperankan oleh Takeshi Kaneshiro), seorang ahli membaca alam dan penemu, yang pandai dan bijaksana. Gabungan kelebihan dari ketiga orang ini, yaitu patriotisme dari Zhou Yu, kehandalan Zhuge Liang dalam meramalkan pembalikan arah angin dan strategi mengumpulkan panah dari pihak lawan, serta keberanian dan kecerdikan istri Zhou Yu untuk datang sendirian ke markas Cao Cao demi memperlambat serangan Cao Cao sampai angin berbalik arah, mengantarkan Wu memenangkan perang lewat strategi “api” yang memporakporandakan pasukan laut Cao Cao yang kuat.

Dibalik film yang cukup seru ini, ada beberapa pesan moral yang dapat saya tangkap. Film ini menceritakan tentang peperangan antara ambisi dengan perjuangan hidup. Cao Cao yang ambisius, tidak tahu secara pasti apa tujuan perang tersebut bagi hidupnya, selain karena ambisinya yang besar. Sementara Zhou Yu dan anggota Negara Wu lainnya, berperang demi membela tanah (kehidupan) mereka. Karena membela negara mereka, tentara Wu berperang dengan patriotisme yang tinggi, dan segala strategi terbaik mereka kerahkan di dalam perang. Sebaliknya, pasukan Cao Cao meskipun berjumlah besar tidak memiliki landasan kuat dalam peperangan tersebut, sehingga para jendralnya menjadi mudah patah semangat pada saat keadaan tidak menguntungkan. Kecerdikan Zhuge Liang dalam membaca arah angin dan memanfaatkan kabut, serta waktu yang diambil oleh tentara Wu untuk menyerang dengan informasi tersebut, merefleksikan kecerdikan membaca situasi dan memanfaatkannya untuk meraih kemenangan. Sementara, perjuangan istri Zhou Yu untuk menunda serangan Cao Cao, menggambarkan pengorbanan yang dilakukan demi mencapai kemenangan.

Pesan moralnya, kehidupan kita adalah kancah peperangan melawan diri kita sendiri. Dalam hidup kita perlu memiliki tujuan yang berharga, agar hidup kita mempunyai arti bagi diri kita dan orang-orang di sekeliling kita. Namun, seringkali hati kita dipenuhi dengan ambisi berlebihan untuk mencapai sesuatu, tanpa memikirkan secara mendalam hakekat dari hal tersebut bagi diri kita. Akibatnya, perjuangan melemah ketika kesulitan dihadapi. Hidup adalah perjuangan, perjuangan untuk mencapai hal-hal yang paling berharga bagi diri kita. Menemukan hal-hal yang paling berharga bagi diri kita dan memperjuangkannya sepenuh hati, jauh lebih baik daripada mengumbar ambisi dan mencoba mencapai banyak hal yang menjadi ambisi kita. Banyak hal yang kita inginkan, namun hanya beberapa yang sebenarnya berharga dalam hidup kita. Memfokuskan diri terhadap hal-hal yang prinsipil dan berharga tersebut akan membuat langkah kita menjadi lebih terarah dan tahan banting karena memiliki alasan kuat untuk mencapainya.

Dalam perjuangan mencapai hal-hal berharga tersebut, kita berhadapan dengan dunia yang mudah berubah, yang kadangkala menempatkan kita dalam situasi menguntungkan atau sebaliknya. Membaca situasi yang ada di sekeliling kita merupakan faktor penting dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang pandai membaca situasi tahu kapan saatnya dia harus bertindak, mundur setahap, atau berhenti untuk sementara. Dengan kemampuan membaca situasi, perjuangan yang dilakukan tidak bersifat membabi-buta, yang dapat menuntun kita kepada kekalahan demi kekalahan dalam kehidupan ini.

Untuk mencapai hal-hal yang berharga dalam hidup kita, kadang-kadang diperlukan pengorbanan yang membuat kita “sakit”. Saya teringat analogi sekeping emas yang tiap hari digosok oleh pemiliknya. Walaupun gosokan-gosokan tersebut terasa menyakitkan bagi emas, namun sadar tidak sadar hal tersebut membuatnya menjadi semakin cemerlang dari hari ke hari. Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati kehidupan, melakukan hal-hal yang menyenangkan, memberikan kesuksesan, namun banyak kali kita juga menemui kesulitan, hambatan, masalah, yang kadangkala begitu besar dan membutuhkan pengorbanan untuk menyelesaikannya. Kadangkala kita dituntut untuk meninggalkan hal-hal yang terlihat menyenangkan demi mencapai sesuatu yang lebih berharga. Berani berkorban untuk hal-hal yang menjadi tujuan utama hidup kita, akan membuat kehidupan itu sendiri menjadi lebih berharga.

Kembali ke film Red Cliff II, bagi yang belum nonton film tersebut, saya merekomendasikan untuk menontonnya, karena filmnya cukup seru dan menghibur !



0 comments:

Posting Komentar

  © Blogger template AutumnFall by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP