Add to Technorati Favorites   Personal Blogs   Top Blogs   Blog directory   Blogs Topsites - TOP.ORG   Personal blogs & blog posts   kehidupan, hidup   Personal Blogs - BlogCatalog Blog Directory

13 Februari, 2009

Valentine : Memaknai Arti Kasih dalam Kehidupan



Besok adalah hari valentine, yang biasanya turut dirayakan oleh sebagian orang, terutama kaum remaja. Ada yang tukeran coklat, tukeran boneka, tukeran kaligrafi, or udah nge-set moonlight dinner bersama pasangan tercinta !

Saya sendiri sebenarnya termasuk orang yang nggak begitu care sama valentine day, lantaran saya memang bukan tipe orang yang terlalu romantis (kata orang, lho ….). Waktu muda dulu, kalau pas valentine day, paling-paling saya cabut satu biji bunga mawar + tangkainya dari halaman rumah yang kebetulan lagi mekar (kebeneran ada pohon mawar di halaman) sebelum cabut ke rumah do’i. Pas sampai rumahnya, langsung deh dikasihin sama dia di depan pintu sambil ngegombal : “Aku nggak bisa ngasih apa-apa ya, cuma bisa ngasih mawar ini yang udah ditungguin mekarnya dari 2 minggu yang lalu, khusus buat hari valentine ini … !”, ha ha ha ………

Berdekatan sama hari yang berbau kasih seperti valentine, adalah waktu yang pas buat sedikit kontemplasi dan merenungkan apa sebenarnya arti kasih bagi kehidupan dan diri saya.
Dari beberapa buku yang pernah saya baca, kasih atau cinta dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Agape, Eros, dan Filia. Apa ya makna ketiga jenis kasih tersebut dalam perjalanan kehidupan saya selama ini ?

Kasih Agape, adalah one way love, lebih tepat disebut compassion. Kasih ini adalah kasih satu arah, untuk selalu memberi tanpa pernah mengharapkan apa-apa dari pemberian tersebut.

Bagi saya, hanya Tuhan yang bisa (dan selalu) melakukan kasih seperti ini secara sempurna. Lihatlah mentari yang terbit menyinari dunia setiap hari dari pagi sampai sore, bagi setiap insan tanpa memandang baik atau buruknya orang tersebut. Cahaya dan kehangatannya terus menyemburkan kehidupan bagi seluruh makhluk di bumi, memberi dan memberi, tanpa ada yang pernah kembali padanya.

Jawaban atas kasih Agape adalah spiritualisme rohani. Jika Tuhan memberikan kasih tanpa batas kepada diri saya, mampukah saya sebaliknya mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dalam seluruh kehidupan saya? Jawaban saya adalah “belum”, atau mungkin “tidak”. Dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan rutinitas duniawi, acapkali saya bahkan lupa akan keberadaan Tuhan, sibuk mengurus hal-hal lain yang kurang penting, dan baru pada saat malam menjelang dan punya waktu untuk merenung, kembali tersadar dan mengingatNya.
Belum …., saya belum mencintai Dia sepenuh hati !

Apa yang kerap saya lakukan sampai saat ini, adalah selalu mencoba untuk bersyukur atas segala hal yang saya alami dalam hidup, bagi yang kelihatan baik ataupun kelihatan buruk. Satu hal yang saya yakini, bahwa rencana Tuhan bagi hidup kita berada di luar jangkauan dualisme baik dan buruk. Semua kejadian dan respon kita terhadap kejadian tersebut, merupakan signal untuk kejadian-kejadian lain di masa mendatang. Kehidupan dan nasib sudah dipola, yang kita miliki adalah kehendak bebas untuk memilih reaksi atas nasib kita. Dengan cara mensyukuri setiap hari yang saya jalani, paling tidak saya mencoba “menjawab” kasih Tuhan, sebagai seorang yang selalu menerima segala sesuatu dariNya.
Ya . . . , mencoba untuk bersyukur, walau bahkan itu pun kerap terlupa ketika kesulitan datang menerpa.

Ada seorang manusia dalam kehidupan saya yang selalu memancarkan one way love, yaitu ibu saya. Sejak saya kecil, kasihnya tidak pernah berubah, keinginannya selalu hanya memberi, perhatiannya datang dari lubuk jiwa yang paling dalam. Dan sampai saat ini, saat saya sudah mandiri secara ekonomi, berkeluarga, dan punya anak, baginya saya tetap seorang anak kecil yang perlu dimarahi, dibimbing, dan dilindungi. To my mother, “I love you Mom, you’re the most wonderful woman in my life … !”

Kasih Eros, adalah kasih antara dua orang yang berbeda jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Kasih ini begitu indah, penuh greget, dan selalu tidak terduga.

Ada satu hal yang saya cermati, dari dulu sampai sekarang, tidak jarang kasih ini ternodai oleh pola pikir materialisme yang berakar kuat dalam kehidupan manusia. Saya ingat masa-masa SMA saya, dimana kasih ini berkembang secara murni dan wajar. Sepasang murid pria dan wanita merasa saling tertarik, just because of their love, and leave other things behind. What a beautiful love !

Sebaliknya, begitu banyak cinta yang dikorbankan karena alasan materi, dan begitu banyak bentuk materialisme bertopeng cinta. Miris rasanya mendengar berita si “Eva” cerai dengan si “Adam” pada saat si “Adam” mengalami kesulitan keuangan atau kesulitan lainnya. Percayalah, hubungan kasih yang lahir dari materialisme adalah hubungan yang rentan, bagai gelas mudah pecah …

Saya bersyukur memiliki seorang istri, yang walaupun tidak sempurna, bersedia mendampingi saya dalam suka dan duka. Sepuluh tahun usia pernikahan kami, dalam berbagai kesulitan yang kami hadapi, hanya sedikit keluhan yang keluar dari bibirnya. Dalam masa senang, dia kerap kali mengingatkan saya untuk tidak lupa diri. Dia seorang ibu yang baik bagi anak-anak kami. Sebagai seorang suami, saya jauh dari sempurna, dan kerap membuatnya kecewa. One wish on this Valentine day, mudah-mudahan bahtera rumah tangga kami langgeng sampai jadi kakek nenek bagi cucu-cucu kami. To my wife, every of my day is a valentine for you . . .

Kasih Filia adalah kasih persaudaraan antara famili, teman, dan seluruh manusia pada umumnya, berupa ukhuwah insaniah.

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya, demikian juga saya. Ada pelajaran yang saya dapatkan dalam kehidupan ini, bahwa hubungan yang terbangun dalam keseharian saya, lebih banyak yang berakar kepada pamrih, terbungkus dalam sebuah frase manis “take and give”. Dalam hubungan bisnis, “long-term relationship” hanyalah slogan kosong yang terlihat indah pada saat keadaan menguntungkan kedua belah pihak, dan menjadi berantakan ketika krisis menerpa. Dalam hubungan sosial, “mendapat pengakuan” merupakan pamrih dari dimulainya suatu hubungan.

Saya teringat sebuah quote tentang persahabatan yang kira-kira seperti ini:

“Pada saat kamu merindukan seorang sahabat sejati, tanyalah hatimu apa arti seorang sahabat bagi dirimu. Jika bagimu sahabat sejati adalah sahabat yang selalu ada di sampingmu saat engkau kesulitan, mau mendengar keluh kesahmu, dan bersedia selalu membantumu, maka tidak ada seorang pun yang pantas untuk menjadi sahabat sejatimu. Namun, jika bagimu sahabat sejati adalah mereka yang selalu siap engkau bantu, orang-orang yang berkeluh kesah kepadamu, dan engkau selalu ada di samping mereka saat mereka kesulitan, maka hidupmu dikelilingi oleh ribuan sahabat sejati”

Dalam berhubungan, saya kerap kali lupa dan berharap akan suatu pamrih. Pamrih menjadi lebih penting dari hubungan itu sendiri, sehingga hubungan yang seharusnya bersifat mulia menjadi terdegradasi ke tingkat terbawah. Permenungan ini setidaknya membuat saya berpikir untuk mencoba mengganti frase “take and give” menjadi “give it away, then tomorrow you will take from nature”. Semoga !

------------------------------------------))0((----------------------------------------------

Wuiiiih ……… , ini kontemplasi atau confession yach, ha ha ha …….

Ok, dalam rangka memperingati hari valentine ini, kalau para muda-mudi saling bertukar coklat, bertukar boneka, atau bertukar kado, maka sebagai tanda persahabatan saya mengundang para Sobat untuk bertukar link dengan saya, karena di dunia blogging kado yang bisa diberikan buat seorang sahabat adalah link, ha ha ha

Whatever the situation, whereever you are, I’m just expecting some goodness for all of you, and enjoy your cheerful day . . . !



0 comments:

Posting Komentar

  © Blogger template AutumnFall by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP